TUGAS KE 1
TEORI KEPRIBADIAN SEHAT
NAMA
: ANDITO.PATTIASINA
KELAS : 2PA14
NPM : 1C514925
Aliran Psikoanalisa
Sigmund Freud merupakan pendiri
psikoanalisis. Menurut freud pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan,
merupakan sumber perilaku yang tidak normal
atau menyimpang.
Aliran psikoanalisa melihat manusia
dari sisi negatif, alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu.
Aliran ini mengabaikan Potensi yang dimiliki oleh manusia. Manusia pada
dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini.
Kepribadian Sehat Psikoanalisa:
- Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
- Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
- Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
- Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
- Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan
Dalam aliran Psikoanalisa ini bisa
dibilang manusia adalah korban tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak.
Aliran ini melihat dari sisi negative individu, alam bawah sadar
(id,ego,superego, mimpi dan masa lalu.
Pandangan kaum psikoanalisa, hanya
memberi kepada kita sisi yang sakit atau kurang, ‘sisi yang pincang’ dari
kodrat manusia, karna hanya berpusat pada tingkah laku yang neuritis dan
psikotis.
Sigmund freud dan orang-orang yang
mengikuti ajarannya mempelajari kepribadian yang terganggu secara emosional,
bukan kebribadian yang sehat; atau kebribadian yang paling buruk dari kodrat
manusia, bukan yang paling baik.
Jadi, aliran ini memberi gambaran
pesimis tentang kodrat manusia, dan manusia dianggap sebagai korban dari
tekanan-tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak.
Aliran Behavioristik
Behaviorisme juga disebut psikologi S – R (stimulus dan respon). Behaviorisme menolak bahwa pikiran merupakan subjek psikologi dan bersikeras bahwa psokologi memiliki batas pada studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat diamati. Teori Behaviorisme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh John B. Watson (1879-1958)
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting:
Behaviorisme juga disebut psikologi S – R (stimulus dan respon). Behaviorisme menolak bahwa pikiran merupakan subjek psikologi dan bersikeras bahwa psokologi memiliki batas pada studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat diamati. Teori Behaviorisme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh John B. Watson (1879-1958)
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting:
1. Menekankan pada respon-respon
yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3. Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
Menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa respons terhadap rangsangan itu.
Jadi menurut Behaviorisme manusia dianggap memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu sistem yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai peraturannya dan menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.
Kepribadian yang sehat menurut behavioristik:
2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3. Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
Menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa respons terhadap rangsangan itu.
Jadi menurut Behaviorisme manusia dianggap memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu sistem yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai peraturannya dan menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.
Kepribadian yang sehat menurut behavioristik:
1. Memberikan respon terhadap faktor
dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4.Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif
2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4.Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif
Aliran Humanistik
Aliran humanistic mulai di Amerika
serikat pada tahun1950 dan terus berkembang. Tokoh-tokoh psikologi Humanistik
memandang behaviorisme mendehemanisasi manusia. Aliran Humanistik mengarahkan
perhatiannya pada keunikan manusia. , Menurut aliran Humanistik manusia adalah
mahkluk kreatif, yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihannya sendiri
bukan oleh kekuatan ketidaksadaran
Ciri dari kepribadian sehat adalah
mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang
terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah
mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap
individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala
sesuatu yang menjadi kebutuhannya.
Kepribadian yang sehat menurut humanistik,
perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1) Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
1) Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2) Mencoba hal-hal baru ketimbang
bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3) Lebih memperhatikan perasaan diri
dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas, atau
mayoritas.
4) Jujur; menghindari kepura-puraan
dalam “bersandiwara”.
5) Siap menjadi orang yang tidak
popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
6) Memikul tanggung jawab.
7) Bekerja keras untuk apa saja yang
ingin dilakukan.
Pendapat Allport
Tujuh kriteria kematangan ini
merupakan pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari
kepribadian sehat.
1. Perluasan
Perasaan Diri
Ketika dia berkembang, maka diri itu
meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada
individu. Kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh maka diri bertambah
luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Dengan kata lain,
ketika orang menjadi matang, dia mengembangkan perhatian-perhatian di luar
diri. Akan tetapi tidak cukup hanya berinteraksi dengan sesuat ata seseorag di
lar diri seperti pekerjaan. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan
penuh. Allport menamakan hal ini “pasrtisipasi otentik yang dilakukan oleh
orang dalam beberapa suasana. Yang penting dari usaha manusia”. Orang harus
meluaskan diri ke dalam aktivitas.
Dalam
pandangan Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri; harus
berarti sesuatu bagi orang itu. Pekerjaan itu menantang kemampuan-kemampuan
anda, karena dengan mengerjakan pekerjaan itu dengan sebaik-baiknya membuat
anda merasa enak. Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai
aktivitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia akan sehat secara
psikologis. Perasaan partisipasi otentik ini berlaku bagi pekerjaan kita,
hubungan dengan keluarga dan teman-teman, kegemaran dan keanggotaan kita dalam
politik dan agama. Diri menjadi tertanam dalam aktivitas yang penuh arti ini dan
aktivitas-aktivitas ini menjadi perluasan perasaan diri.
2. Hubungan
Diri yang Hangat dengan Orang-orang lain.
Allport membedakan dua macam
kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain : kapasitas untuk keintiman
dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang yang sehat secara psikologis
mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman
akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu
perasaan perluasan diri yang berkembang baik. Orang mengungkapkan partisipasi
otentik dengan orang yang dicintai dan memperlihatkan kesejahteraan individu
sendiri. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman ialah suatu perasaan
identitas diri yang berkembang dengan baik.
Perasaan terharu, tipe kehangatan
yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan
kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk
memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan- penderitaan, ketakutan-ketakutan,
dan kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Empati ini
timbul melalui “perluasan imajinatif” dari perasaan orang sendiri terhadap
kemanusiaan pada umumnya.
Sebagai hasil dari kapasitas untuk
perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar tehadap tingkah laku
orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat
menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki
kelemahan-kelemahan yang sama.
3. Keamanan
Emosional
Sifat dari kepribadian yang sehat
ini meliputi beberapa kualitas; kualitas utama adalah penerimaan diri.
Kepribadian-kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi dari ada mereka,
termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan tersebut.
Orang-orang yang sehat mampu
berusaha bekerja sebaik mungkin dan dalam proses mereka berusaha memperbaiki
diri mereka. Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi
manusia dan bukan tawanan dari emosi-emosi itu.
Kepribadian-kepribadian yang sehat
mengontrol emosi-emosi mereka. Kontrol ini bukan merupakan represi tetapi
emosi-emosi diarahkan kembali ke dalam saluran-saluran yang lebih konstruktif.
Kualitas lain dari keamanan
emosional ialah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini
menunjukkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan terhadap hambatan
dari kemauan-kemauan dan keinginan. Orang-orang yang sehat sabar menghadapi
kemunduran-kemunduran ini.
Orang-orang yang matang tidak dapat
begitu sabar terhadap kekecewaan, tidak dapat begitu menerima diri, atau tidak
dapat begitu banyak mengontrol emosi mereka, jika mereka tidak merasakan suatu
perasaan dasar akan keamanan.
4. Persepsi
Realistis
Orang-orang yang sehat memandang
dunia mereka secara objektif. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa
orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut
suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana
adanya.
5.
Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
Allport menekankan pentingnya
pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Keberhasilan
dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan
bakat-bakat tertentu suatu tingkat kemampuan dan menggunakan
keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan
diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.
Tidak mungkin mencapai kematangan
dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting
dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan-keterampilan.
6. Pemahaman
Diri
Usaha untuk mengetahui diri secara
objektif mulai pada awal kehidupan dan tidak akan pernah berhenti, tetapi ada
kemungkinan mencapai suatu tingkat pemahaman diri (self-objectification)
tertentu yang berguna dalam setiap usia.
Pengenalan diri yang memadai menuntut
pemahaman tentang hubungan / perbedaan antara gambaran tentang diri yang
dimiliki seseorang dengan dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya.
Orang yang memiliki suatu tingkat
pemahaman diri (self-objectification) yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin
memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang-orang
lain.
7. Filsafat
Hidup yang Mempersatukan
Orang-orang yang sehat melihat ke
depan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Allport
menyebut dorongan yang mempersatukan ini “arah” (directness), dan lebih
kelihatan pada kepribbadian-kepribadian yang sehat. Arah itu membimbing semua
segi kehidupanseseorang menuju sautu tujuan (atau rangkaian tujuan) serta
memberikan orang itu suatu alasan untuk hidup. Jadi, bagi Allport rupanya
mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah
ke masa depan.
Mungkin kerangka untuk tujuan-tujuan
khususitu aadalah ide tentang nilai-nilai. Allport menekankan bahwa
nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi
perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan.
Suara hati ikut juga berperan dalam suatu filsafat hidup yang
mempersatukan. Suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan
tanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada orang-orang lain, dan mungkin
berakar dalam nilai-nilai agama atau nilai-nilai etis.
Pendapat Rogers
1. Motivasi Orang
yang Sehat : Aktualisasi.
Rogers menempatkan suatu dorongan – “satu satu kebutuhan fundamental” – dalam
sistemnya tentang kepribadian : memeliharakan, mengaktualisasikan, meningkatkan
semua segi individu. Kecenderungan ini dibawa sejak lahir dan meliputi
komponen-komponen pertumbuhan fisiologis dan psikologis, meskipun selama
tahunawal kehidupan, kecenderungan tersebut lebih terarah kepada segi-segi
fisiologis
Menurut Rogers (1959), bayi mulai mengembangkan konsep diri yang samar saat
sebagian pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan dibedakan dalam kesadaran
pengalaman sebagai “aku” (“I”) atau “diriku” (“me”).
Saat
bayi telah membangun struktur diri yang mendasar, kecenderungan mereka untuk
aktualisasi mulai berkembang. Aktualisasi diri (self-actualization)
merupakan bagian dari kecenderungan aktualisasi sehingga tidak sama dengan
kecenderungan itu sendiri. Kecenderungan aktualisasi merujuk pada pengalaman
organisme dari individu; sehingga hal tersebut merujuk pada manusia secara
keseluruhan – kesadaran dan ketidaksadaran, fisiologis dan kognitif. Rogers
(1959) mengajukan dua subsistem, yaitu konsep diri (self-concept) dan
diri ideal (ideal self).
2. Konsep Diri
Konsep diri meliputi seluruh aspek
dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari (walaupun selalu tidak
akurat) oleh individu tersebut. Konsep diri tidak identik dengan diri
organismik.
3. Diri Ideal
Subsistem kedua dari diri adalah diri
ideal, yang didefinisikan sebagai pandangann seseorang atas diri
sebagaimana yang diharapkannya. Diri ideal meliputi semua atribut, biasanya
yang positif, yang ingin dimiliki oleh seseorang. Perbedaan yang besar antara
diri ideal dan konsep diri mengindikasikan inkongruensi dan merupakan
kepribadian yag tidak sehat. Individu yang sehat secara psikologis, melihat
sedikit perbedaan antara konsep dirinya dengan ap yang mereka inginkan secara
ideal.
Pendapat Maslow
Kepribadian yang sehat menurut
Maslow
1. Menerima realitas secara tepat
Orang-orang yang sangat sehat mengamati objek-objek dan orang-orang di dunia sekitarnya secara objektif, teliti terhadap arang lain, mampu menemukan denagn cepat penipuan dan ketidakjujuran. Mereka bersandar semata-mata pada keputusan dan persepsi mereka sendiri serta tidak terdapat pandangan-pandangan yang berat sebelah atau prasangka-prasangka.
Kepribadian-kepribadian yang tidak sehat mengamati dunia menurut ukuran-ukuran subyektif mereka sendiri, memaksa dunia untuk mencocokannya dengan bentuk ketakutan-ketakutan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai. Semakin objektif kita mampu menggambarkan kenyataan, maka semakin baik kemampuan kita untuk berpikir secara logis, untuyk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang tepat, dan pada umumnya untuk menjadi efisien secara intelektual.
Orang-orang yang sangat sehat mengamati objek-objek dan orang-orang di dunia sekitarnya secara objektif, teliti terhadap arang lain, mampu menemukan denagn cepat penipuan dan ketidakjujuran. Mereka bersandar semata-mata pada keputusan dan persepsi mereka sendiri serta tidak terdapat pandangan-pandangan yang berat sebelah atau prasangka-prasangka.
Kepribadian-kepribadian yang tidak sehat mengamati dunia menurut ukuran-ukuran subyektif mereka sendiri, memaksa dunia untuk mencocokannya dengan bentuk ketakutan-ketakutan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai. Semakin objektif kita mampu menggambarkan kenyataan, maka semakin baik kemampuan kita untuk berpikir secara logis, untuyk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang tepat, dan pada umumnya untuk menjadi efisien secara intelektual.
2.
Menerima diri dan orang lain apa adanya
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri menerima diri mereka. Kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan mereka tanpa keluhan atas kesusahan. Sesungguhnya, mereka tidak terlampau banayk memikirkannya. Meskipun individu-individu yang sangat sehat ini memiliki kelemahan–kelemahan atau cacat-cacat, tetapi mereka tidak merasa malu atau merasa bersalah terhadap hal-hal tersebut.
Karena orang-orang sehat ini begitu menerima kodrat mereka, maka mereka tidak harus mengubah atau memlsukan diri mereka. Mereka santai dan puas denagn diri mereka dan penerimaan ini berlaku bagi semua tingkat kehidupan.
Sebaliknya, orang-orang neurotis dilumpuhkan oleh persaan malu atau perasaan salah atas kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan mereka, begitu di hantui sehingga mereka mengalihkan waktu dan energi dari hal-hal yang lebih konstuktif.
3.
Bertindak secara spontan , alamiah dan tidak dibuat-buat
Pengaktualisasian diri bertingkah
laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura.
Kita dapat mengatakan bahwa orang-orang ini bertingkah laku secara kodrati yakni sesuai dengan kodrat mereka.
Dalam situasi dimana ungkapan perasaan yang wajar dan jujur dapat menyakitkan orang lain, atau dimana hal tersebut tidak penting, maka untuk sementara mereka mengekang persaaan-perasaan itu. Jadi, mereka tidak sengaja menjadi tidak konvensional atau memberontak, mereka tidak mau mencari kesenangan dalam mencemoohkan dengan sengaja aturan-aturan dan adapt-adat social.
Akan tetapi dalam situasi di mana menaruh hormat kepada kebiasaan social mengganggu apa yang dianggap penting oleh orang-orang yang sehat, mereka tidak ragu menentang kebiasaan tersebut.
Kita dapat mengatakan bahwa orang-orang ini bertingkah laku secara kodrati yakni sesuai dengan kodrat mereka.
Dalam situasi dimana ungkapan perasaan yang wajar dan jujur dapat menyakitkan orang lain, atau dimana hal tersebut tidak penting, maka untuk sementara mereka mengekang persaaan-perasaan itu. Jadi, mereka tidak sengaja menjadi tidak konvensional atau memberontak, mereka tidak mau mencari kesenangan dalam mencemoohkan dengan sengaja aturan-aturan dan adapt-adat social.
Akan tetapi dalam situasi di mana menaruh hormat kepada kebiasaan social mengganggu apa yang dianggap penting oleh orang-orang yang sehat, mereka tidak ragu menentang kebiasaan tersebut.
Lagi pula mereka sendiri adalah
wajar dan sederhana, merasa yakin dan aman, serta tidak konvensioanal dengan
tidak bersikap agresif dan memberontak.
4.
Memusatkan pada masalah-masalah, bukan perseorangan
Orang yang mengaktualisasikan diri mencintai pekerjaan mereka dan berpendapat bahwq pekerjaan itu tentu saja cocok untuk mereka. Pekerjaan mereka adalah sesuatu yang ingin mereka lakukan; tentu, sesuatu yang harus mereka lakuakn tidak semata-mata suatu pekerjaan untuk mendapat penghasilan.
Mereka tidak melakukan pekerjaan untuk mendapatkan uang,popularitas atau kekuasaan, tetapi karena pekerjaan itu memuaskan metakebutuhan. Menantang dan mengembangakan kemampuan-kemempuan mereka, menyebabkan mereka bertumbuh sampai pada tingkat potensi mereka yang paling, dan membantu merumuskan pengertian mereka tentang diri mereka siapa dan apa..
5. Memiliki kekuasaan dan tidak bergantung pada orang lain
Orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki suatu kebutuhan yang kuat
untuk pemisahan dan kesunyian. Mereka tidak tergantung pada orang-orang lain
untuyk kepuasan mereka dan dengan demikian mungkin mereka menjauhkan diri dan
tidak ramah. Tingkah laku dan perasaan meeka sangatt egosentris dan terarah
kepada dir mereka sendiri.
Sebaliknya, orang-orang neuorotis biasanya snagat emosional tergantung pada orang-orang lain untuk kepuasan dimana mereka tidak mampu menghasilkan untuk diri mereka.
Sebaliknya, orang-orang neuorotis biasanya snagat emosional tergantung pada orang-orang lain untuk kepuasan dimana mereka tidak mampu menghasilkan untuk diri mereka.
6.
Memiliki ruang untuk diri pribadi
Pengaktualisasian diri untuk berfungsi secara otonom terhadap lingkungan social
dan fisik. Kepribadian-kepribadian yang sehat dapat berdiri sendiri dan tingkat
otonomi mereka yang tinggi menaklukan mereka, agak tidak mempan terhadap krisis
atau kerugian.
Kemalangan-kemalangan yang dapat mengahncurkan orang-orang yang sehat mungkin
hamper tidak dirasakan oleh mereka. Mereka mempertahankan suatu ketenangan
dasar di tengah apa yang dilihat oleh orang-orang yang kurang sehay sebagai
malapetaka.
7. Menghargai dan terbuka pengalaman-pengalaman dan
kehidupan baru
Menghargai pengalaman-pemgalaman tertentu
bagaimanapun seringnya pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan
kenikmatan yang segar, perasaan terpesona dan kagum. Suatu pandangan yang bagus
atau menyegarkan terhadap dorongan setiap hari untuk bekerja. Sebagai
akibatnya, mereka merasa kurang pasti, tetapi senantiasa berterima kasih
terhadap apa yang mereka miliki dan dapat mereka alami.
8.
Memiliki pengalaman-pengalaman yang memuncak
Dimana orang-orang yang mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan,
perasaan terpesona yang hebat dan meluap-luap, sama seperti
pengalaman-pengalaman keagamaan yang mendalam.
Maslow menunjukan bahwa tidak semua pengalaman puncak itu sangat kuat; dapat juga ada pengalaman- pengalaman yang ringan. Pengalaman- pengalaman yang ringan ini kadang- kadang dapat terjadi pada kita semua. Akan tetapi individu yang lebih sehat memiliki pengalaman-pengalaman puncak lebih sering dari pada orang- orang biasa, dan mungkin sering kali terjadi setiap hari.
Maslow menunjukan bahwa tidak semua pengalaman puncak itu sangat kuat; dapat juga ada pengalaman- pengalaman yang ringan. Pengalaman- pengalaman yang ringan ini kadang- kadang dapat terjadi pada kita semua. Akan tetapi individu yang lebih sehat memiliki pengalaman-pengalaman puncak lebih sering dari pada orang- orang biasa, dan mungkin sering kali terjadi setiap hari.
9.
Memiliki identitas social dan minat social yang kuat
Pengaktualisasian diri memiliki perasaan empati dan afeksi yang sangat kuat dan
dalam terhadap semua manusia, juga suatu keinginan untuk membantu kemanusiaan..
Mereka adalah anggota dari satu keluarga (manusia) dan memiliki suatu perasaan
persaudaraan dengan setiap anggota lain dalam keluarga.
Orang- orang yang sehat mengetahui bahwa mereka dapat mencapai hal- hal dengan lebih baik daripada orang-orang lain dan bahwa mereka melihat dan memahamii hal- hal itu dengan lebih jelas.mereka mungkin kerapkali merasa tertekan atau marah karena tingkah laku orang- orang lain yang bodoh, lemah, atau kasar tetapi mereka cepat memahami dan memaafkannya.
Orang- orang yang sehat mengetahui bahwa mereka dapat mencapai hal- hal dengan lebih baik daripada orang-orang lain dan bahwa mereka melihat dan memahamii hal- hal itu dengan lebih jelas.mereka mungkin kerapkali merasa tertekan atau marah karena tingkah laku orang- orang lain yang bodoh, lemah, atau kasar tetapi mereka cepat memahami dan memaafkannya.
10. Memiliki relasi yang akrab dengan beberapa teman
Mampu mengadakan
hubungan yang lebih kuat dengan orang- orang lain daripada orang- orang yang
memiliki kesehatan jiwa yang biasa.mereka memiliki cinta yang lebih besar dan
persahabatan yang lebih dalam, dan identifikasi yang lebih sempurna dengan
individu-individu lain.
Meskipun orang- orang yang akrab dengan mereka adalah kecil, namun aktualisasi diri berbudi baik dan sabar terhadap orang- orang lain, khusunya terhadap anak- anak.mereka membenci dan kejam terhadap orang yang kritis, congkak atau sombong.
Cinta mereka bukan cinta yang egoistic, dimana membari cinta sekurang- kurangnya sama pentingnya dengan menerima cinta dimana perhatian seseorang terhadap pertumbuhan dan perkembangan orang lain adalah sebanyak perhatian terhadap pertumbuhan diri sendiri.
Meskipun orang- orang yang akrab dengan mereka adalah kecil, namun aktualisasi diri berbudi baik dan sabar terhadap orang- orang lain, khusunya terhadap anak- anak.mereka membenci dan kejam terhadap orang yang kritis, congkak atau sombong.
Cinta mereka bukan cinta yang egoistic, dimana membari cinta sekurang- kurangnya sama pentingnya dengan menerima cinta dimana perhatian seseorang terhadap pertumbuhan dan perkembangan orang lain adalah sebanyak perhatian terhadap pertumbuhan diri sendiri.
11. Mengarah pada nilai-nilai demokratis
Orang yang sehat membiarkan dan menerima semua orang tanpa memperhatkan kelas
social, tingkat pendidikan, golongan politik atau agama, ras, atau warna
kulit.mereka sangat siap mendengarkan atau belajar dari dari siapa saja yang
dapat mengajarkan sesuatu kepada mereka.
12. Memiliki nilai-nilai moral yang tangguh
Dapat membedakan dengan jelas antara sarana dan tujuan. Bagi mereka, tujuan
atau cita- cita jauh lebih penting daripada sarana untuk mencapainya.mereka
juga sanggup membedakan antara baik dan buruk, benar dan salah.
Orang yang kurang sehat kerapkali bingung atau tidak konsisten dalam hal- hal
etis, terombang- ambing, atu berganti-ganti antara benar dan salah menurut
keuntungannya.
13. Memiliki rasa humor yang tinggi
Orang-orang yang kurang sehat menertawakan 3 macam humor, humor permusuhan yang
menyebabkan seseorang merasa sakit, humor superioritas yang mengambil
keuntungan dari rasa rendah diri dari orang lain atau kelompok dan humor
pemberontakan terhadap penguasa yang berhubungan dengan suatu situasi Oedipus
atau percakapan cabul. Humor pengaktualisasi-pengaktualisasi diri bersifat
filosofis, humor yang menertawakan manusia, pada umumnya, tetapi bukan kepada
seseorang yang khusus. Humor ini kerap kali bersifat intruktif, yang dipakai
langsung kepada hal yang dituju dan juga menyimpulkan tertawa
14. Menemukan hal-hal baru, ide-ide segar, dan kreatif
Kreatifitas merupakan suatu sifat yang diharapkan seseorang dari
pengaktualisasi- pengaktualisaasi diri mereka adalah asli, inventif, dan
inovatif, meskipun tidak selalu dalam pengertian menghasilkan suatu karya seni.
Maka kreatifitas lebih merupakan suatu sikap, suatu ungkapan kesehatan
psikologis dan lebih mengenai cara bagaimana kita mengamati dan beraksi
terhadap dunia dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai dari suatu
karya seni
15. Memiliki integritas tinggi yang total
Pengaktualisasi – pengaktualisasi diri dapat berdiri sendiri atau pun otonom,
mampu melawan dengan baik pengaruh- pengaruh social, untuk berpikir atau
bertindak menurut cara- cara tertentu. Akan tetapi mereka tidak terus terang menenrang
kebudayaan. Daftar kualitas-kualitas pribadi yang hebat ini mungkin tampaknya
seperti suatu pernyataan yang berlebihan atau karikatur dari kepribadian yang
sangat sehat.
Pendapat Erich Fromm
Salah satu ciri pribadi yang
sehat menurut Fromm, yaitu adanya kemampuan untuk hidup dalam masyarakat
sosial. Masyarakat sangat berperan penting dalam pembentukan kepribadian.
Masyarakat yang menjadikan seseorang berkepribadian sehat adalah masyarakat
yang hubungan sosialnya sangat manusiawi.
Ada lima watak sosial dalam
masyarakat, yaitu :
1.
Penerimaan ( receptive )
2.
Penimbunan ( hoarding )
3.
Penjualan/pemasaran ( marketing )
4.
Penghisapan/pemerasan ( exploitative )
5.
Produktif ( productive )
Dari kelima watak sosial ini yang
benar – benar tepat dan sehat hanyalah watak produktif karena watak produktif
didorong oleh cinta dan akal budi dan dapat membantu perkembangan dan
pertumbuhan pribadi dan masyarakat.
Masyarakat yang baik itu perlu
ditopang dengan cinta. Oleh karena itu, Fromm menyebutkan 5 tipe yang berbeda
tentang cinta, yaitu :
1.
Cinta persaudaraan
2.
Cinta keibuan
3.
Cinta erotik
4.
Cinta diri
5.
Cinta illahi
Menurut Fromm, pribadi yang sehat
adalah pribadi yang mampu hidup hidup di masyarakat sosial yang ditandai dengan
hubungan – hubungan yang manusiawi, diwarnai oleh solidaritas penuh cinta dan
saling tidak merusak atau menyingkirkan. Dengan demikian, menurut Fromm, orang
yang berkepribadian sehat memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1.
Mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam
masyarakat
2.
Mampu mencintai dan dicintai
3.
Mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan tsb
4.
Mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat
5.
Mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
6.
Memiliki watak sosial yang produktif
Daftar Pustaka :
Basuki,Heru.(2008).Psikologi umum.Jakarta:Gunadarma